🌒 Pertanyaan Tentang Ilmu Kalam

HADISTTENTANG ILMU FAROIDL; Posted on April 13, 2012 by PISS-KTB. PERTANYAAN: Arif Bilah. assaalamu 19 Khutbah 66 Motivasi 361 Tashawuf 441 Ngaji Online 5 Audio 256 Download 53 Kalam Salaf 51 Meme Islami 79 Video 405 Sejarah 93 Biografi Ulama 334 Kisah Islami . Mari Bergabung. Ebook Bidah, komplit Download. Hello. Add your message here Senin 14 November 2011 PERTANYAAN-PERTANYAAN DALAM BIDANG STUDY TAUHID / ILMU KALAM BESERTA JAWABANNYA. 1. BAGAIMANA CARA KITA BERTERIMA KASIH KEPADA TUHAN MENURUT MASING-MASING ALIRAN ? Jawab. ü Menurut Aliran Asy'ariyah, berterima kasih kepada Tuhan itu tidak dapat dengan Aqal, hanya dengan Wahyulah kita bisa berterima kasih kepada Tuhan. Aliransalaf mempunyai beberapa karakteristik seperti yang dinyatakan oleh Ibrahim Madzkur sebagai berikut: 1. Mereka lebih mendahulukan riwayat (naqli) daripada dirayah (aqli) 2. Dalam persoalan pokok-pokok agama dan persoalan cabang-cabang agama hanya bertolak dari penjelasan al-Kitab dan as-sunnah. 3. 1 Bacalah setiap penjelasan yang diberikan dengan cermat langkah demi langkah dan jangan tergesa-gesa. 2. Kemudian kerjakan soal-soal atau latihan yang Anda temui dan cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban dihalaman belakang modul ini, 3. Pelajari sekali lagi uraiannya, terutama bagian yang kurang Anda pahami, 4. PembahasanIlmu Kalam dan Kaitannya dengan Iman. Ilmu kalam yang pada dasarnya membahas tentang dasar-dasar tentang Tuhan, tentu akan sangat berkaitan dengan keimanan. Keimanan artinya adalah percaya atau meyakini. Seseorang tidak akan dapat mempercayai sesuatu atau meyakini sesuatu jika tanpa ada landasan ilmu pengetahuan dan dasar realitas DasarHukum Ilmu Kalam. Ada hukum tersendiri mempelajari Ilmu Kalam. Kelompok Ahlussunnah wal jamaah berpendapat, hukum mempelajari Ilmu Kalam bisa menjadi haram, bisa wajib, atau sunnah. Namun jika merunut asalnya, hukum mempelajari Ilmu Kalam adalah mubah atau boleh. Tujuan utama mempelajari Ilmu Kalam adalah memperkuat akidah seseorang. BahkanDawkins sendiri, dalam buku The God Delusion, sempat mengajukan pertanyaan ini. Artinya, diskusi tentang masalah tersebut bukan hanya tertera dalam kitab-kitab kuning, tapi juga dibahas tradisi pemikiran modern. Dari sinilah Ilmu Kalam penting untuk kita pelajari. Dengan pembelajaran yang mendalam terhadap ilmu ini, kita bisa beralih Disebutilmu "kalam" karena dulu ada polemik panas mengenai apakah "kalam Allah" itu makhluk atau bukan. Pertanyaan ini tak bisa dihindari dalam pelajaran akidah, dan pelajar akidah tak bisa mengelak untuk tidak menjawabnya dengan ilmu kalam. Bagaimana mau diharamkan kalau tak bisa dihindari? Mari saya contohkan. Misalnya ulama ahli TanyaJawab Tentang Ilmu Kalam 1.Apa yang dimaksud dengan ilmu kalam dan mengapa dinamakan ilmu kalam? Jawab : Ilmu kalam adalah masalah keyakinan akan adanya eksistensi ALLAH yang maha sempurna,mahakuasa dan persoalan lainnya. . Persoalan Iman aqidah agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam yang didakwahkan oleh Nabi masalah aqidah ini dalam ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah. Pada periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat dibanding persoalan syari’at, sehingga tema sentral dari ayat-ayat al- Quran yang turun selama periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan. Munculnya berbagai kelompok teologi dalam Islam tidak terlepas dari faktor historis yang menjadi landasan kajian. Bermula ketika Nabi Muhammad saw wafat, riak-riak perpecahan di antara kaum Muslim timbul kepermukaan. Perbedaan pendapat dikalangan sahabat tentang siapa pengganti pemimpin setelah Rasul, memicu pertikaian yang tidak bisa dihindari. Semua terbungkus dalam isuisu yang bernuansa politik, dan kemudian berkembang pada persoalan keyakinan tentang tuhan dengan mengikutsertakan kelompok-kelompok mereka sebagai pemegang “predikat kebenaran”. Munculnya corak pemikiran yang beragam dalam Islam disebabkan karena semakin luasnya wilayah Islam ke Timur dan ke Barat. Umat Islam mulai bersentuhan dengan keyakinan dan pemikiran dari ajaran-ajaran lain, terutama filsafat Yunani. Seperti diketahui wilayah-wilayah yang bergabung dengan Islam, terutama di bagian Barat adalah wilayah-wilayah yang pernah diduduki oleh bangsa RomawiYunani. Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Jabariyah dan muktazilah. Dalam makalah ini penulis hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran Jabariyah dan Qadariyah. Mencakup di dalamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah aliran dan ajaran-ajarannya secara umum. - Kemunculan Ilmu Kalam dalam Islam berawal dari peristiwa tahkim atau arbitrase antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Perseteruan politik ini tidak hanya memecah belah Islam dalam perkara pemerintahan, namun juga bergeser ke penafsiran teks agama yang melahirkan disiplin Ilmu Kalam. Secara definitif, Ilmu Kalam adalah ilmu yang mempelajari masalah ketuhanan atau akidah. Padanan kata populernya adalah teologi Islam. Harun Nasution dalam buku Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah 1987 menuliskan bahwa Ilmu Kalam adalah “ilmu yang membahas wujud Allah, sifat-sifat-Nya, kenabian, alam, dan hubungan Tuhan dengan makhluk-makhluknya". Di masa kenabian, tidak ada perdebatan mengenai perkara akidah dan ketuhanan. Nabi Muhammad merupakan rujukan tunggal. Orang-orang yang berselisih mendatangi beliau SAW untuk mencari pencerahan sehingga tidak ada perbedaan pendapat di kalangan sahabat mengenai perkara ketuhanan. Selain itu, Nabi Muhammad juga sempat melarang sahabatnya bertanya mengenai qadar yang nantinya menjadi kontroversi di kalangan ahli Ilmu Kalam. Selepas wafatnya Rasulullah, barulah aliran pemikiran Islam bermunculan. Ilmu Kalam kemudian lahir ketika terjadi perseteruan politik di masa Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Sebenarnya, embrionya sudah tampak di masa kekhalifahan Usman bin Affan. Di masa itu, orang-orang yang memiliki paham seragam saling berdiskusi membincangkan pemikiran mereka. Lantas, ketika terjadi peristiwa arbitrase, mereka muncul mengungkapkan pandangan mereka masing-masing dan menentukan sikap terhadap Ali dan Muawiyah. Peristiwa arbitrase itu terjadi pada perang Shifin pada 657 M, pertempuran antara kubu Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Perang ini merupakan serangan Ali terhadap Muawiyah yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Kekhalifahan Rasyidin. Karena kekuatan tempur dan strategi perang kedua belah pihak yang nyaris setara, diajukanlah arbitrase untuk mengurangi jumlah korban yang berjatuhan. Arbitrase ini adalah upaya penyelesaian perseteruan politik antara Ali dan Muawiyah dengan melibatkan pihak ketiga yang diharapkan dapat memberikan keputusan netral. Pihak ketiga untuk merundingkan seteru politik itu adalah Amr bin Ash dari kubu Muawiyah dan Abu Musa Al-Asyari dari kubu Ali bin Abi Thalib. Setelah perundingan itu, Abu Musa Al-Asyari kemudian menyampaikan hasil arbitrase sebagai berikut. “Setelah kami mengadakan pembahasan, kami tidak menemukan jalan keluar yang lebih baik untuk mengatasi kemelut ini, selain mengambil langkah demi kebaikan kita semua, yaitu kami sudah sama-sama sepakat untuk memecat Ali dan Muawiyah dan selanjutnya kita kembalikan kepada Majelis Syura di antara kaum muslimin sendiri," sampaikan Abu Musa Al-Asyari, sebagaimana dikutip dari buku Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam 2014 yang ditulis Yunan Yusuf. Keputusan tahkim ini pun langsung diingkari oleh kubu Muawiyah, yang diikuti dengan kubu Ali bin Abi Thalib. Jejak politik ini rupanya bergeser ke penafsiran agama yang menjadi titik tolak lahirnya tiga aliran Ilmu Kalam dalam Islam sebagai berikut, sebagaimana dikutip dari Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf yang ditulis Ahmad Zaini. 1. Aliran Khawarij yang menolak tahkim atau arbitrase sepenuhnya, serta menanggap bahwa orang-orang yang menyetujui tahkim telah melanggar hukum Islam. Orang yang melanggar hukum Islam telah berdosa besar. Selanjutnya, orang-orang yang melakukan dosa besar tergolong sudah murtad dan keluar dari Islam, serta darahnya halal ditumpahkan. Karena itulah, mereka berencana membunuh empat pentolan pelaku tahkim, yaitu Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asyari. Namun, yang berhasil dibunuh hanya Ali bin Abi Thalib. 2. Aliran Murjiah yang menyatakan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin dan tidak kafir. Perkara dosa diserahkan kepada Allah SWT, terserah Dia mengampuni atau memasukkan pelakunya ke dalam neraka. 3. Aliran Mu'tazilah yang menolak dua pendapat di atas. Bagi aliran Mu'tazilah, orang berdosa besar tidak bisa dianggap kafir, tidak juga orang mukmin. Pendosa besar berada di posisi antara Islam dan kafir. Penegasan posisi inilah yang menjadi penamaan Mu'tazilah, yang dalam bahasa Arab kesohor dengan sebutan al-manzilah bain al-manzilatain posisi di antara dua posisi. Setelah ketiga aliran di atas, muncul lagi aliran Ilmu Kalam yang terkenal, yaitu Qadariyah dan Jabariah, kemudian Asyariah, Maturidiyah, dan lain sebagainya. Menurut aliran Qadariyah, manusia memiliki kehendak bebas free will dan kebebasan menentukan perbuatannya. Sebaliknya, Jabariah menganggap bahwa manusia ibarat hanya wayang yang digerakkan oleh dalang; tidak memiliki kehendak bebas fatalisme dan tidak memiliki kebebasan menentukan perbuatannya. Dalam perkembangannya, aliran Ilmu Kalam mengadopsi prinsip-prinsip filsafat Yunani untuk memahami akidah Islam. Namun, ahli Ilmu Kalam Mutakallim tidak pernah keluar dari koridor Islam dan tetap memosisikan wahyu, yaitu Al-Quran dan hadis sebagai sumber juga Syafii Maarif Minta Pemerintah Waspadai Teologi Maut Tiga Makna Zakat yang Dilupakan Teologis, Kemanusiaan dan Sosial - Pendidikan Kontributor Abdul HadiPenulis Abdul HadiEditor Yulaika Ramadhani Transcript Nama Asep Syarifudin NIM 15110056 Fakultas Ushuluddin TH Semester 3 Lima Pertanyaan dan Jawaban Tentang Ilmu Kalam 1. 2. 3. 4. 5. Apakah nama lain dari ilmu kalam ? Apa definisi ilmu kalam ? Sasaran pembahasan ilmu kalam apa saja ? Buah atau hasil dari mempelajari ilmu kalam itu apa ? Darimana sumber pengambilan ilmu kalam ? Jawaban 1. Yaitu ilmu tauhid/teologi, ilmu hakikat, ilmu aqoid, ilmu ushuluddin, ilmu aqoidul iman, ilmu uluhiyyah dan ilmu ma’rifat. 2. Secara bahasa yaitu ‫ن الشيئ واحد‬ ‫ العلم بأ ن‬mengetahui bahwa sesuatu itu adalah satu. Secara syar’i yaitu ‫إفراد المعبببود‬ ‫باالعبببادة مببع اعتقبباد وحببدته والتصببديق بهببا ذاتببا وصببفاتا وأفعببال‬ menunggalkan Alloh yang disembah dalam beribadah serta mengi’tikadkan keesaan-Nya, menerima dan mengakui ketunggalan dzat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya 3. Yaitu Dzat Alloh, dzat Rosul, barang yang mumkinul wujud dan aqidah sam’iyyah. 4. 1. Ma’rifat kepada Alloh dan Rosul-Nya disertai dengan dalil-dalil yang yakin 2. Menentukan kebahagiaan yang abadi di akhirat 5. Dasar yang dipakai sumber dalam ilmu kalam adalah dalil aqli argumentasi petunjuk akal dan dalil naqli petunjuk al-Quran dan Hadits

pertanyaan tentang ilmu kalam